Kabar LDK

Artikel LDK

Catatan eLDeKa

Catatan Murobbi

Katagori Pilihan

galeri LDK

» » Puisi-Puisi Terbaik Muharam Fair

Puisi-Puisi Terbaik Muharam Fair

Biarkan Aku Bernegosiasi

Bilamana maut mengetuk
Hendak permisi
mengambil Bundaku yang uzur berturut-turut
Kan kuberi senyumku yang paling kecut
dan kusuguhi rujak terpedas
Agar dia berlari ke syurga
mencari air untuk diteguk.

Biar aku tanyakan dulu
KepadaNya Yang Maha Lembut
sesakit apa pencabutan maut.
Biar aku tanyakan dulu
KepadaNya Yang Maha Besar
seperti apa di alam Mahsyar.

Tolong tunggu aku sebentar, wahai Malaikal Maut.
Biarkan aku bernegosiasi denganNya
Memberi jaminan-jaminan kelayakan
agar Bundaku tak menderita kemudian

Bundaku manusia ikhlas tiada berbalas
Yang lelah mengandung sembilan bulan
Mengalirkan kasih sayang tanpa perhitungan
Meringkas matahari demi mempertahankan kehidupan
Dan meringkas bulan demi menghamba kepada Yang Maha Menciptakan

Bundaku rela kedinginan, dan biarkan aku tidur dalam kehangatan
Bundaku rela kelaparan, dan biarkan aku kenyang agar dapat arungi lautan
Bundaku rela bertahan dalam bedeng bilik yang tembus cahaya bulan,
               agar kelak aku berpendidikan dan mendirikan bangunan yang mencakar langitan
Bundaku tak pernah bosan, mengajarkanku untuk setia kepada Sang Pemilik alam
Bundaku, bundaku, bundaku, kebaikan yang takkan habis kuceritakan.

Dan padamu, wahai Malaikal Maut
Negosiasiku belum selesai
Biar aku pastikan dulu
Bundaku tak akan sedikitpun melihat Jahnnam.

Kawali, 29 November 2011
Annisa Nur Azizah



Kupanggil Dia Itu Aku
Gesit Idola Kartika

Terbuka jiwa itu dalam tatapan berkelopak
Jatuhkan tiap butir-butir mutiara
Berharga…
Rengkuh rusuk-rusuk tak bersendi
Lihat sosoknya tegar.!!
Menengadah dalam sayup-sayup bumi
Dalam hitam
Dalam pekat
Dalam kelam
Lilitan kain putih berurai debu
Hanya beralaskan tekukan lutut
Itu rapuh…
DIA tersenyum
Saksikannya bermonolog
Tahukah DIA?? Ia berdialog!
Untuk aku,
Karena darahnya itu aku
Kupanggil dia itu aku




THALHAH
Oleh : Regina Yulianti

Di Perang Uhud
Tombak
Pedang
Panah
Menyerpih tubuhmu

Jalanmu pincang
Jarimu hilang
Tubuhmu berlumuran luka
                              perang
Namun
Wajahmu. Tersenyum malu
Meneteskan air mata
Mengharu biru
Bening pipimu

Thalhah ibn 'Ubaidillah
Kau pahlawan sejati
Perwira tinggi
Berani mengorbankan diri
Untuk sang pujaan hati

Kau Syuhada di muka bumi


2011




Unknown

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

Select Menu